Panduan Penilaian Tugas Rutin Kurikulum KKNI
PANDUAN
PENILAIAN
TUGAS RUTIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN
TAHUN 2016
Pendahuluan
Selama proses pembelajaran di ruang
kelas terjadi komunikasi mahasiswa dengan dosen, mahasiswa dengan dosen, dan
mahasiswa dengan mahasiswa. Komunikasi ini dapat berbentuk tanya jawab,
diskusi, dan presentasi materi dari mahasiswa atau kelompok mahasiswa.
Komunikasi ini dirancang oleh dosen dalam rangka mengkaji dan memperdalam
pengetahuan, sikap atau keterampilan berkaitan dengan matakuliah yang dimapu
oleh dosen tersebut. Dalam rangka mengkaji dan memperdalam ketiga ranah
tersebut, selain komunikasi tersebut dosen juga dapat memberikan tugas rutin
yang harus dikerjakan oleh seorang mahasiswa atau kelompok mahasiswa, naik
untuk dikerjakan di rumah maupun di ruang kelas.
Tugas rutin yang diberikan kepada
mahasiswa dapat berupa mengerjakan soal tes
(uraian) dan/ atau responsi. Tugas rutin yang umum diberikan oleh dosen adalah
pemberian soal tes yang berkaitan dengan pokok bahasan atau sub pokok bahasan
dari matakuliah tertentu. Secara singkat
Allen dan Yen (1979) menyatakan tes adalah alat atau device untuk mendapatkan sampel kemampuan seseorang. Menurut
Depdiknas (1999) tes adalah himpunan pertanyaan yang harus dijawab atau
pertanyaan-pertanyaan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas yang
harus dilakukan oleh orang yang dites (testee)
dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek kognitif atau sikap
tertentu dari orang yang dites. Dalam tes prestasi belajar yang
hendak diukur adalah tingkat kemampuan peserta tes dalam menguasai bahan
pelajaran yang telah disampaikan/diajarkan kepadanya.
Di Fakultas Teknik
Unimed tugas rutin yang diberikan dosen pada umumnya dalam bentuk uraian.
Karena soal bentuk uraian akan memberikan gambaran yang lebih konprehensi
berkenaan kompetensi mahasiswa, sedang soal pilihan ganda tidak memberi
gambaran yang tepat tentang apakah mahasiswa yang telah menjawab benar soal tes
pilihan ganda, ia benar-benar menguasai materi dari soal tersebut.
Tes Uraian dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1. tes
uraian objektif dan
2. tes uraian non objektif.
Objektif Tes uraian objektif adalah bentuk tes uraian yang butir soalnya
memiliki sehimpunan jawaban dengan rumusan yang relatif lebih pasti, sehingga
dapat dilakukan penskoran secara objektif (walaupun pemeriksa berbeda namun
dapat menghasilkan skor yang relatif
sama). Artinya model tes ini memiliki kunci jawaban yang pasti, sehingga
jawaban benar bisa diberi skor 1 dan jawaban salah 0.
Tes uraian objektif
tepat dipergunakan untuk mengevaluasi hasil belajar kompleks yang berupa
kemampuan- kemampuan:
a. menjelaskan
hubungan sebab akibat
b. melukiskan
pengaplikasian prinsip-prinsip
c. mengajukan
argumentasi-argumentasi yang relevan
d. merumuskan
hipotesis-hipotesis dengan tepat
e. merumuskan
asumsi-asumsi yang tepat
f. melukiskan
keterbatasan-keterbatasan data
g. merumuskan
kesimpulan-kesimpulan secara tepat
h. menjelaskan
metoda dan prosedur
i. menghitung
Tes Uraian Non-objektif adalah bentuk tes uraian yang butir soalnya
memiliki sehimpunan jawaban dengan rumusan jawaban yang bebas, menuntut mahasiswa untuk mengingat dan
mengorganisasikan gagasan-gagasan (menguraikan dan memadukan gagasan- gagasan)
pribadi atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau
mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis sehingga dalam
penskorannya mengandung unsur subjektifitas (sukar dilakukan secara objektif). Tes uraian non objektif tepat dipergunakan
untuk mengevaluasi hasil belajar yang bersifat kompleks yang berupa
kemampuan-kemampuan:
a. menghasilkan,
menyusun dan menyatakan ide-ide
b. merekayasa
bentuk-bentuk orisinal, seperti mendisain sebuah eksperimen
c. mengevaluasi
nilai suatu ide.
Langkah-langkah Penyusunan Tugas Rutin
Menurut Allen dan Yen (1979) menyebutkan ada delapan langkah dasar dalam
pengembangan tes, dan menurut Nur (1987) dan Depdiknas (1999) ada 10 langkah.
Pada bagian ini akan disajikan hasil pencermatan terhadap ketiga sumber
tersebut sehingga diharapkan diperoleh perangkat tugas rutin yang memadai untuk mengukur
kompetensi mahasiswa yang terkait
dengan matakuliah tertentu.
Langkah-langkah penyusunan tes uraian dimulai dari mempersiapkan materi
yang akan dicover (perencanaan), penulisan butir, pembuatan rubrik penilaian. Sedangkan
penelaahan butir tes (kualitatif dan kuantitatif), tidak disajikan pada panduan ini.
a.
Mempersiapkan area/materi yang akan discover
Aktivitas ini merupakan hal yang sangat penting
untuk mendapatkan validitas logis dan validitas sampling.Validitas logis dan
validitas sampling adalah versi validitas tampilan (face validity)yang njlimet (mutahir). Hal ini mencakup definisi
domain dari tingkah laku/kompetensi yang akan diukur melalui tes dan design
logis dari butir untuk mengcover semua area penting dari domain tersebut.
Penentuan materi yang akan diujikan merupakan bagian yang
sangat penting karena di
dalam suatu ujian tidak mungkin semua materi yang telah diajarkan dapat
diujikan dalam waktu yang terbatas, misalnya dalam waktu satu atau dua jam.
Oleh karena itu, setiap dosen harus menentukan materi mana yang sangat penting dan
penunjang, sehingga dalam waktu yang sangat terbatas, materi yang diujikan
hanya menanyakan materi-materi yang sangat penting saja. Penentuan materi
penting dilakukan dengan memperhatikan kriteria:
1. Urgensi,
yaitu materi secara teoritis mutlak harus dikuasai oleh mahasiswa.
2. Relevansi,
yaitu materi yang diperlukan untuk mempelajari atau memahami mata kuliah
lainnya.
3. Keterpakaian,
yaitu materi yang memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan sehari-hari.
b.
Menulis Soal Uraian dan Pembobotan
Seperti
diuraikan pada bagian pendahuluan, bahwa soal tes uraian dapat berupa uraian
objektif dan uraian non objektif. Pemilihan kedua bentuk tersebut tergantung pada kemampuan yang akan digali (lihat di
bagian pendahuluan). Kaidah khusus penulisan soal bentuk
uraian adalah sebagai berikut:
1.
Konstruksi
a.
Rumusan kalimat soal atau pertanyaan
harus menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai;
seperti : mengapa, uraikan, jelaskan, hubungkan, tafsirkan, buktikan,
hitunglah, dsb. Jangan menggunakan kata tanya yang tidak menuntut jawaban
uraian, misalnya: siapa, dimana, kapan. Demikian juga kalimat tanya yang
menuntut jawaban “ya” atau “tidak”, jangan digunakan.
b.
Buatlah petunjuk yang jelas tentang cara
mengerjakan soal.
c.
Buatlah pedoman penyekoran segera
setelah soal selesai ditulis dengan cara menguraikan komponen yang akan dinilai
atau kriteria penskorannya, besarnya skor bagi setiap komponen, serta rentang
skor yang dapat diperoleh untuk soal yang bersangkutan. • Hal-hal lain yang
menyertai soal (grafik, tabel, gambar, peta, atau yang sejenisnya) harus jelas
dan terbaca, sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda.
2.
Bahasa
a.
Rumusan kalimat soal harus komunikatif,
yaitu menggunakan bahasa yang sederhana, dan menggunakan kata-kata yang sudah
dikenal mahasiswa,
serta baik dari segi kaidah bahasa Indonesia.
b.
Butir soal menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
c.
Rumusan soal tidak menggunakan
kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran yang berbeda (salah pengertian).
d.
Jangan menggunakan bahasa yang berlaku
setempat, jika soal peserta berasal dari berbagai daerah.
e.
Rumusan soal tidak menggunakan kata-kata
yang dapat menyinggung perasaan testee.
Bila soal lebih dari satu dan masing-masing soal
mempunyai bobot yang berbeda, maka tetaplah bobot masing-masing soal.
c.
1. Menulis Jawaban
Soal (Untuk
Soal Uraian Objektif)
2.
Mendiskripsi
ide-ide atau subtansi yang diminta soal (Untuk soal Uraian Non Objektif).
Rubrik Penilaian
1. Tugas Rutin Soal Uraian Objektif
Langkah-langkah mentukan skor
dan nilai tugas rutin soal uraian objekif, yaitu:
a.
hitung persen
perjalanan jawaban mahasiswa dari setiap soal. Misal, untuk menjawab soal nomor
1 diperlukan enam langkah. Mahasiswa A dapat menyelesaikan dari langkah 1
sampai langkah 4 dengan benar, maka si A memperoleh skor 4.
b.
Konfirmasikan skor yang diperoleh mahasiwa dengan bobot soal untuk mendapat
nilai dari masing-masing soal (bila soal lebih dari satu). Misal, dosen memberi
tugas rutin sebanyak 2 soal. Soal nomor 1 bobotnya 60 dan soal nomor 2 bobotnya
40. Si A untuk soal nomor 1 selesai 4 langkah dari 6 langkah, bobot soal 60.
Maka si A mendapat nilai 4/6 x 60 = 40 (untuk soal nomor 1)
c.
Gabungkan nilai mahasiswa dari seluruh soal.
2. Tugas Rutin Soal Uraian Non Objektif
Langkah-langkah mentukan skor
dan nilai tugas rutin soal uraian objekif, yaitu:
a.
hitung persen substansi atau ide-ide yang dipaparkan
mahasiswa dari setiap soal. Misal, untuk jawaban soal nomor 1 terkandung enam
substansi. Mahasiswa A menyampaikan 4 subtansi, maka si A memperoleh skor 4.
b.
Konfirmasikan skor yang diperoleh mahasiwa dengan bobot soal untuk mendapat
nilai dari masing-masing soal (bila soal lebih dari satu). Misal, dosen memberi
tugas rutin sebanyak 2 soal. Soal nomor 1 bobotnya 60 dan soal nomor 2 bobotnya
40. Si A untuk soal nomor 1 selesai 4 langkah dari 6 langkah, bobot soal 60.
Maka si A mendapat nilai 4/6 x 60 = 40 (untuk soal nomor 1)
c.
Bila diperlukan urutan penyajian subtansi atau ide, maka
diperlukan persekoran urutan subtansi atau ide. Hitung persentase urutan yang
sesuai dengan urutan yang diminta.
d.
Gabungkan nilai mahasiswa dari seluruh soal, bila
diperlukan skor urutan ide, maka poin c dapat digabungkan.
Komentar
Posting Komentar